Apakah informasi yang Blogger saya tampilkan berguna bagi anda?
Selasa, 17 Mei 2016
Wiro Sableng #69 : Ki Ageng Tunggul Keparat
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Ep : KI AGENG TUNGGUL KEPARAT
LAKSANA terbang kuda coklat berlari kencang di bawah panas teriknya matahari. Dalam waktu yang singkat bersama penunggangnya dia sudah sampai di kaki bukit untuk selanjutnya lari terus memasuki lembah subur yang terhampar di kaki bukit. Si penunggang kuda mendongak ke langit. Matahari dilihatnya tepat di ubunubun kepalanya. Parasnya kontan berubah.
"Celaka!" keluhnya dalam hati. "Celaka! Aku hanya punya waktu dua belas jam lagi! Kalau apa yang kucari tak dapat kutemui mampuslah aku!" Dia memandang lagi ke matahari di atasnya lalu menyentakkan tali kekang agar kuda tunggangannya lari lebih cepat.
Orang itu berpakaian biru gelap. Kulitnya yang hitam liat menjadi lebih hitam karena warna pakaiannya itu. Dibawah blangkon yang menutupi kepalanya, wajahnya tidak sedap untuk dipandang kalau tak mau dikatakan mengerikan.
Pada pipinya sebelah kiri mulai dari ujung bibir sampai ke tepi mata terdapat parut bekas luka yang lebar. Cacat ini membuat daging pipinya tertarik sedemikian rupa sehingga matanya terbujur keluar, kelopak sebelah bawah membeliak merah
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #69 : Ki Ageng Tunggul Keparat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Jumat, 06 Mei 2016
Jejak Terakhir
Desember 1979, aku lupa tanggal dan hari tersebut. Yang kutahu hari itu menjadi hari yang cukup tenang untuk menikmati rumah baru keluargaku sebelum sisa-sisa kolonial Belanda menghabiskan segalanya yang ku punya, menyapu bersih kehidupan di desa sukaharjo, di desa kecil di jawa tangah.
“Kak, ada apa ini?” tanya ku kepada kakak tunggal ku, Hamid.
“Ssssttt!” jawabnya, dengan sebuah isyarat untuk diam.
“Hamid, Hamzah! cepat pergi dari rumah ini, lewat pintu belakang! Dan tak usah kembali!” perintah Ibu dengan wajah cemas dan kebingungan.
“Tapi bu?” tanya ku dengan bimbang.
Belum sempat menjawab pertanyaan ku, Kak Hamid menarik tangan ku yang kala itu tak mau meninggalkan kedua orangtuaku.
“Sebentar kak! Aku pikir kita perlu ini.” sepasang senjata tradisional, ku ambil dari dapur rumah.
Akhirnya kami berdua pergi meninggalkan rumah. Tak disangka beberapa prajurit Belanda Kolonial mengejar kami berdua, dengan spontan langkah seribu kami kerahkan untuk menghindari sergapan prajuri
... baca selengkapnya di Jejak Terakhir Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Rabu, 04 Mei 2016
Kho Ping Hoo - BKS#14 - Kisah Si Bangau Putih
Seri : Bu Kek Siansu #14
Karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
Bagi mereka yang bukan pedagang keliling dan yang tidak pernah melakukan perjalanan melintasi Tembok Besar, tentu mengira bahwa kekuasaan Kerajaan Ceng yang dipegang oleh bangsa Mancu tentu berhenti sampai di Tembok Besar itu. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Bangsa Mancu sendiri merupakan bangsa yang tinggal jauh di utara yang amat dingin, daerah yang keras dan kejam, dan di luar Tembok Besar masih terdapat daerah yang amat luas. Masih ada Propinsi Liaoning dan Jilin yang berbatasan dengan Korea, daerah Mancuria sendiri yang luas, kemudian terdapat daerah Mongolia Dalam atau Mongol, dan daerah Mongolia yang lebih luas. Akan tetapi, setelah melewati Tembok Besar memang daerah yang liar dan kejam, dengan tak terhitung banyaknya bukit di antara padang pasir yang luas dan merupakan lautan pasir yang ganas.
Padang pasir seperti ini memang ganas dan kadang-kadang kejam sekali. Dari tulang-tulang kuda, onta, bahkan manusia yang terdapat berserakan di sana-sini dapat diketahui bahwa lautan pasir itu sudah banyak menelan korban. Mayat manusia dan bangkai binatang yang tewas dalam perjalanan melintasi lautan pasir, dibiarkan saja berserakan, membusuk dimakan terik panas matahari, atau digerogoti anjing-anjing serigala dan binatang buas lainnya, dibiarkan tinggal tulang-tulangny
... baca selengkapnya di Kho Ping Hoo - BKS#14 - Kisah Si Bangau Putih Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Minggu, 01 Mei 2016
Hinaanmu Jadikan Motivasi Untukku
Agustus 2010 aku menerima cinta dari seorang pria bernama Hari, aku tidak tau dia bekerja sebagai apa dan yang aku tahu dia adalah seorang mahasiswa salah satu universitas di Jakarta dan aku tidak mau tau tentang dia. Mungkin aku tidak terlalu mencintai dia dan hari demi hari dia selalu membuat aku menjadi lebih dewasa dan dia selalu menasehati walaupun hanya lewat sms. Akupun jatuh cinta kepadanya, aku ingin hari menjadi suamiku kelak. Dengan tekad aku mencari informasi aku memang tipikal orang yang sangat penasaran, rasa cinta yang besar kepada hari sampai ke dunia maya aku menyakan hari itu siapa? tinggal dimana? bekerja dimana?
Suatu saat hari berpamitan kepadaku, dia pindah kerja di surabaya aku mendengar kabar darinya langsung tidak sadarkan diri. Dan dia berjanji kepadaku 1 bulan sekali dia akan menemuiku. 1 bulan sudah berlalu dalam hatiku perasaan yang tidak karuan dia tidak jauh dari aku dia ada selalu ada. Aku pun mencari pekerjaan di Jakarta dan akupun bersyukur ada perusahaan yang menerimaku orang pertama yang kukabari adalah HARI dan sepertinya dia tidak senang dengan pekerjaanku sekarang dia sering mencemooh, “aku heran kamu bisa di terima di perusahaan itu pa
... baca selengkapnya di Hinaanmu Jadikan Motivasi Untukku Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Momen = (Mo)tivasi (Men)jadi
Pernah suatu saat saya mengajari Dadan, anak laki-laki saya, 4 tahun, melontarkan bola basket ke arah backboard, menemukan sudut pantul yang tepat; agar bola tak membentur ring dan langsung menerobos net.
Berkali-kali ia mencoba melempar, mencapai backboard pun tidak; apalagi memantul. “Ayo, lebih kuat lagi lontaranmu, Nak!,” teriak saya berkali-kali menyemangati. Sekeras apa pun saya berteriak, sekuat apa pun ia berusaha; tetap saja bola tak mencapai backboard. Bola bergerak naik tak lebih dari setengah jarak antara lantai dan ring. Bola tak pernah mengenai sasaran dan selalu terus jatuh ke lantai, diikuti pandangan mata kosong anak saya, tanda kekecewaannya.
Tak sabaran, saya peragakan contoh melempar sesantai mungkin, seolah saya melemparkan tanpa tenaga, sembari berucap: “Lihat! Begini saja kok, Nak, kenapa sulit?” Anak saya berusaha dan berusaha lagi, namun tak pernah lemparan bolanya berhasil membentur backboard.
Akhirnya ia terduduk terengah-engah setengah baring dengan kedua lengan tangan bertelekan di lantai. Katanya lirih: “Buat ayah mudah sekali membikin bola itu naik, memantul ke bawah, dan menerobos net. Ayah tak mau tahu, betapa sulit buatku membikin bola sial itu naik dari bawah ke atas sana…”
Ucapannya m
... baca selengkapnya di Momen = (Mo)tivasi (Men)jadi Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu